Formulir Kontak

 

Kritik EH House



Faizal Tanjung
4TB03
22316541

BAB I
PENDAHULUAN

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apreasiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani "Kritikos" yaitu membedakan. kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuno "Krites" artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan" atau "analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan".

Kritikus modern mencakup kaum profesi atau martir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain dan biasanya menerbitkan pengamatan mereka sering di jurnal ilmiah. kamu kritikus banyak jumahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.

Di dalam arsitektur terdapat berbagai macam kritik arsitektur yaitu:
1. Kritik Normatif (Normative Criticism)
Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, sandaran sebagai sebuah prinsip. Norma juga berupa suatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
·       Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.



·       Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.

·       Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.

·       Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan.

2. Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Ada 2 teknik dalam menggunakan kritik ini, yaitu :
·       Advocatory, Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
·       Evocative, Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).


3. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism)
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya. Kritik impresionis dapat berbentuk :
·       Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
·       Caligramme (paduan kata)
·       Painting (lukisan)
·       Photo image (imagi foto)
·       Modification of building (Modifikasi bangunan)
·       Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih   menyenangkan).

4. Kritik Deskriptif (Descriptive Criticism)
Dibanding kritik lain, kritik ini lebih terlihat lebih nyata (actual). Kritik ini mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap kota. Melihat sesuatu bangunan sebagaimana adanya tanpa me-judge atau me-interprete. Yang masuk metode pada kritik ini adalah :
·       Depictive (gambaran bangunan)
·       Grafis (static).
·       Verbal (dynamic).
·       Prosedur (Process)
·       Biographical (riwayat hidup)
·       Contextual (peristiwa)








BAB II
METODE

Metode Depiktif merupakan metode yang menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi secara nyata. Contohnya, saat melakukan survei lokasi untuk pembangunan yaitu bagaimana pun kondisi site dipaparkan dengan apa adanya tanpa di kurang-kurangi atau di lebih-lebihkan.

Terdapat 7 Prinsip Desain Arsitektur :

1.      KESEIMBANGAN/BALANCE
Keseimbangan adalah suatu kualitas nyata dari setiap obyek dimana perhatian visuil dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan (pusat perhatian) adalah sama.
2.      IRAMA
Irama adalah elemen desain yang dapat menggugah emosi atau perasaan yang terdalam. Didalam seni visuil irama merupakan suatu obyek yang ditandai dengan sistim pengulangan secara teratur. Cara yang paling meyakinkan untuk mendapatkan irama adalah dengan memberi pola pada keadaan-keadaan tertentu. Pola yang dapat dikenal dan diingat dengan mudah. Contohnya kumpulan titik-titik sembarangan akan sukar untuk diingat letaknya, apabila kumpulan titik-titik tersebut dikelompokkan sedemikian dengan cara pengulangan bentuk yang mudah dikenal, kumpulan tadi satu sama lainnya menjadi berkaitan dan memiliki pola.
3.      TEKANAN/POINT OF INTEREST
Tekanan adalah fokal point atau pusat perhatian dalam sebuah komposisi/bangunan,yaitu berupa area yang pertama kali ditangkap oleh pandangan mata. Tekan ini sangat dominan, bagian-bagian atau kelompok lain dari komposisi atau bangunan berkaitan padanya.


4.      SKALA
Skala adalah suatu system pengukuran (alat pengukur) yang menyenangkan,dapat dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit yang akan diukur. Dalam arsitektur  yang dimaksut dengan skala adalah hubungan harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya dengan manusia. Skala-skala itu ada beberapa jenis yaitu: skala intim, skala manusiawi, skala monumental/megah, skala kejutan.
5.      PROPORSI
Menurut Vitruvius proporsi berkaitan dengan keberadaan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran keselurahan. Proporsi merupakan hasil perhitungan bersifat rasional dan terjadi bila dua buah perbandingan adalah sama. Proporsi dalam arsitektur adalah hubungan antar bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan.
6.      URUT-URUTAN/SEQUENCE
Menurut H.K Ishar (1992 : 110-121) urut-urutan adalah suatu peralihan atau perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap komposisi.urut-urutan yang baik peralihan atau perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan yang tak terduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-urutan seperti dalam arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat yang dituju dan sebagai persiapan menuju klimaks.
7.      UNITY/KESATUAN
Unity/kesatuan adalah keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi.  Dalam hal ini seluruh unsur saling menunjang dan membentuk satu kesatuan yang lengkap, tidak berlebihan, dan tidak kurang. Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desain. Ide yang dominan akan membentuk kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan atau untuk mendukung tema.


BAB III
KRITIK

EH HOUSE
Arsitek                 : Andra Martin
Lokasi                   : Bandung
Luas                      : 390m2
Tahun  projek       : 2014

1. Bukaan Pencahayaan
 Bukaan pencahayaan yang sangat besar tidak cocok untuk tempat tinggal yang berada pada daerah yang beriklim tropis, apalagi penggunaan material kaca sebagai material utama pada bukaan.

Penggunaan kaca mati yang besar ini pada daerah yang beriklim tropis mengakibatkan tidak adanya filtrasi cahaya matahari secara signifikan, sehingga mengakibatkan suhu ruang meningkat sehingga mempengaruhi psikologis penghuni yang ada didalam merasa panas.

Dari segi design sendiri sudah cukup bagus, menggambarkan citra bangunan dengan kosep rumah tropis. Dan terlihat tidak kaku pada design dan fasad bangunan.

Alahkah baiknya apabila penggunaan kaca tersebut sebagai fasad dan bukaan pencahayaan yang besar tersebut diberi secondary skin, sebagai filtrasi cahaya matahari agar cahaya yang dating tidak begitu menyengat dan panas.

2. Area Kamar Mandi Yang Terlalu Terbuka
Bukaan pada kamar mandi sendiri terlalu terbuka, entah apa maksud dan tujuannya.  Apabila alasannya karena penghawaan, tidak berlu bukaan yang terlalu besar. Yang mana kamar mandi bersifat intim, karena design bukaan penghawaan yang begitu besar akan mempengrauhi psikologis pengguna dengan rasa rishi dan tabu.

     Apabila alasannya dari segi design merupakan hal yang sah sah saja apabila sang arsitek berkarya tanpa batas.Lebih baik apabila bukaannya tidak terlalu besar, sehingga pengguna tidak merasa rishi ketika sedang menggunakan fasilitas toilet ini, tanpa mengesampingkan hal hal penghawaan yang ada. Mungkin bukaan yang ada butuh, tapi tidak berlebih. Atau bias  ditutupi dengan permainan fasad pada bukaan yang besar tersebut.


BAB IV
KESIMPULAN

KRITIK 1

Dari segi design sendiri sudah cukup bagus, menggambarkan citra bangunan dengan kosep rumah tropis. Dan terlihat tidak kaku pada design dan fasad bangunan.

Alahkah baiknya apabila penggunaan kaca tersebut sebagai fasad dan bukaan pencahayaan yang besar tersebut diberi secondary skin, sebagai filtrasi cahaya matahari agar cahaya yang dating tidak begitu menyengat dan panas.

KRITIK 2

Apabila alasannya dari segi design merupakan hal yang sah sah saja apabila sang arsitek berkarya tanpa batas.

Lebih baik apabila bukaannya tidak terlalu besar, sehingga pengguna tidak merasa rishi ketika sedang menggunakan fasilitas toilet ini, tanpa mengesampingkan hal hal penghawaan yang ada. Mungkin bukaan yang ada butuh, tapi tidak berlebih. Atau bias  ditutupi dengan permainan fasad pada bukaan yang besar tersebut.



Total comment

Author

FSAproject